Seekor Sapi Untuk Delapan Orang

Selamat Idul Adha
More Graphics

Meski sama-sama pemegang fiqih yang ketat, Kiai Wahid dan Kiai Rais berbeda dalam strategi penerapannya. Kiai Wahid cenderung bergaris lunak, sementara Kiai Rais bergaris keras. Suatu hari menjelang Idul Adha seseorang datang menghadap Kiai Rais. Dia bermaksud melaksanakan kurban dengan menyembelih seekor sapi. Namun sebelumnya dia berkonsultasi terlebih dulu dengan Kiai Rais. Apakah boleh berkurban seekor sapi untuk delapan orang? Dalam ketentuan fiqih, satu ekor sapi untuk tujuh orang. Padahal jumlah anggota keluarganya ada delapan. Dia ingin di akhirat nanti satu keluarga itu bisa satu kendaraan agar tidak berpencar.

Mendengar pertanyaan tersebut Kiai Rais menjawab, “Tidak bisa”. Kurban sapi, kerbau atau unta hanya berlaku untuk tujuh orang. Kemudian orang itu menawar kepada Kiai Rais, “Pak Kiai, apakah tidak ada keringanan? Anak saya yang bungsu baru berumur tiga bulan”. Dengan menjelaskan dasar hukumnya, Kiai Rais tetap menjawab tidak bisa.

Merasa tidak puas, orang itu mengadukan persoalannya kepada Kiai Wahid. Mendengar persoalan yang diadukan oleh orang itu Kiai Wahid dengan enteng menjawab, “Bisa... Sapi itu bisa digunakan untuk delapan orang. Cuma karena anakmu yang terakhir itu masih kecil, maka perlu ada tambahan.”

Mendapat jawaban dari Kiai Wahid orang itu tampak gembira, lalu bertanya, “Tambahannya apa, Pak Kiai?”
“Agar anakmu yang masih kecil itu bisa naik ke punggung sapi, maka harus pakai tangga. Sampeyan sediakan saja seekor kambing supaya anak sampeyan bisa naik ke punggung sapi”, jawab Kiai Wahid.
“Ah,,, kalau Cuma seekor kambing sih  saya sanggup menambah. Dua ekor pun sanggup asalkan kami bisa bersama-sama di surga nanti, Pak Kiai”. Akhirnya pada hari pelaksanaan kurban, orang tersebut menyerahkan seekor sapi dan seekor kambing kepada Kiai Wahid sebagai kurban untuk keluarganya yang berjumlah delapan orang.[]
 
Read More...

Tips Mengatasi Anak Bicara Jorok dan Kasar

Pernah dikagetkan dengan kata-kata kasar dan jorok yang meluncur begitu saja dari mulut si kecil? Padahal kita merasa di rumah tidak pernah mencontohkannya. Apa yang mesti dilakukan oleh kita selaku orang tua untuk menghadapi hal semacam ini? Ada banyak alasan mengapa anak kita berkata kasar. Faktor yang mempengaruhi anak berbicara kasar, yang paling umum adalah untuk menarik perhatian orang lain. Selain itu ada juga faktor lainnya, yaitu adanya perasaan anak yang ingin menjadi superior. Pendapat lain menyatakan bahwa beberapa anak berkata kasar ternyata untuk meredakan ketegangannya sendiri serta dilandasi rasa ingin tahu dari lingkungannya.
Anak kita merupakan peniru ulung. Oleh karenanya hindari penggunaan kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak kita menirunya. Bisa jadi anak-anak kita berkata kasar karena meniru temannya di sekolah atau teman main di sekitar lingkungan rumah. Mereka dapat juga melakukan itu karena hanya sekedar iseng atau sedang mempelajari kata-kata yang baru dan senang dengan bunyi kata itu tanpa mengetahui artinya sama sekali.
Orang tua yang mendapati anaknya berbicara kasar dan kotor harus segera bertindak. Perilaku negatif ini jangan sampai dibiarkan berlarut-larut karena lama kelamaan akan menjadi kebiasaan. Langkah pertama yang orang tua harus lakukan dalam mengatasi masalah ini adalah mencari tahu penyebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi  si anak bicara kasar. Penanganannya nanti akan didasarkan pada faktor-faktor penyebab yang ada pada anak. Apakah untuk menarik perhatian, sekedar meniru atau untuk melampiaskan kemarahan dan lain-lain.
Berikut ini adalah tips mengatasi anak berkata jorok dan kasar:

  1. Berikan contoh kata-kata yang baik, karena anak-anak itu gampang meniru apa yang diucapkan oleh orang terdekatnya. Anak usia balita umumnya senang mempelajari kata-kata yang baru. Apalagi  pada usia ini kemampuan bahasa dan menyerap informasinya sedang berkembang pesat. Mencegah si kecil agar tak bertutur kata kasar/kotor adalah dengan memberikan contoh yang baik, entah itu dari lingkungannya, orang tuanya, kerabatnya agar tidak sampai keceplosan dalam berbicara.
  2. Berikan penjelasan atau pengertian akan arti dan maksud dari kata-kata yang diucapkannya berikut dampaknya. Kebanyakan anak mengucapkan kata-kata kasar/jorok tanpa mengetahui artinya. Dengan demikian kita sebaiknya memberitahu artinya secara singkat dan jelas serta mengenalkan akibatnya jika kita mengucapkan kata-kata itu kepada orang lain.
  3. Berikan hukuman sewajarnya bila ia mengulangi kebiasaan buruk tersebut.
Read More...

Miskin Dilarang Sakit

Orang miskin dilarang sakit. Itu adalah tema Kick Andy minggu lalu, meski kasus yang diajukan tak sepenuhnya menggambarkan bahwa kematian atau kegagalan pengobatan yang dialami akibat ketidakadaan biaya. Sebagian besar lebih karena ketidaktahuan (ignorance) dari orang tua pasien mengenai keadaan yang dialami anak mereka. Contoh kasus yang diangkat sekaligus menggambarkan rendahnya mutu layanan kesehatan di negeri ini.
Tapi tema yang dipilih Kick Andy tidak salah. Sudah menjadi rahasia umum: saat ini biaya pelayanan kesehatan di Indonesia memang sangat mahal. Bukan cuma si miskin, mereka yang setengah miskin pun amat merasakannya.
Sekarang ini pemerintah menyatakan telah menyediakan dana jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) untuk yang miskin dan beberapa pemerintah daerah menyediakan jamkesda. Tetapi peristiwa seperti yang ditemukan Andy F. Noya masih banyak terjadi. Bukan satu dua orang dari kelompok miskin tak tahu bahwa ada dana itu. Kepala desa tak memberi tahu warganya mengenai hal itu. Rumah sakit setali tiga uang. Rumah sakit, mungkin, takut kesulitan ketika menagih dana itu ke pemerintah.
Kini pemerintah menjanjikan pada 2011, semua persalinan akan digratiskan. Maksudnya, tentu, supaya semua ibu hamil mau datang ke puskesmas kalau melahirkan. Tidak pergi ke dukun bayi. Tapi ada pertanyaan besar, apakah rakyat di desa-desa yang tinggal jauh dari puskesmas mengetahui hal itu? Seandainya tahu apakah biaya perjalanan menuju ke puskesmas juga ditanggung?
Tidak semua puskesmas mudah terjangkau oleh penduduk dan tidak semua desa tersedia bidan. Kalaupun ada bidan, mereka juga akan menarik bayaran kalau menolong persalinan di luar puskesmas. Apalagi kalau bidan itu adalah bidan swasta yang tidak digaji negara. Jangankan di desa, di banyak kota pun lebih banyak bidan swasta dibanding bidan pemerintah.
Di kabupaten Pontianak, misalnya, dari sekitar 400 bidan, hanya sekitar 100 yang berstatus pegawai negeri. Kalau janji pemerintah itu hanya berlaku untuk mereka yang melahirkan pada bidan pemerintah atau melahirkan di sarana pelayanan kesehatan pemerintah, maka kembali lagi yang miskin dan tinggal jauh dari tempat layanan akan tidak dapat menikmatinya.
Kalau niat pemerintah itu ditujukan agar angka kematian ibu melahirkan dapat diturunkan, yang seharusnya dilakukan adalah peningkatan akses terhadap pemeriksaan kehamilan, deteksi dan penanganan dini pada kehamilan yang berisiko, dan penggiatan layanan keluarga berencana sampai ke desa-desa. Termasuk, misalnya, untuk kehamilan yang berisiko, maka biaya transportasi dari desa ke Puskesmas akan ditanggung negara, dan semua puskesmas sudah dilatih dan dielngkapi sarana untuk memberikan pertolongan persalinan yang berisiko.
Sekarang ini dengan adanya batasan kewenangan kepada bidan sebagai konsekwensi UU Praktik Kedokteran, maka sering dana pelatihan lebih banyak digunakan untuik melatih dokter puskesmas. Padahal penempatan dokter puskesmas itu sendiri tidak bersifat tetap, sehingga kalau dokter yang sudah dilatih itu pindah, yang menggantikan memerlukan pelatihan lagi. Sementara bidan yang lebih menetap dan lebih banyak berhubungan langsung dengan perawatan kehamilan di desa-desa, kurang mendapat pembekalan agar siap menangani kehamilan yang berisiko.
Jadi kembali lagi, niat yang baik dari pemerintah tadi akhirnya hanya leboih bernuansa untuk popularitas karena tidak disertai pemikiran tentang bagaimana mendaratkan niat tersebut sampai ke desa-desa yang jauh dari jangkauan puskesmas.

Kartono Mohamad
Mantan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Read More...

Mari Belajar Kepada Rayap

Pasti kita semua kenal dengan binatang yang bernama rayap. Rayap adalah binatang kecil yang biasa memakan kayu dan dikenal sebagai hama yang bisa merusak rumah kita. Ia menjadi musuh nomor wahid bagi bahan rumah atau perabot yang terbuat dari kayu. Kekuatan rayap sungguh luar biasa, sebuah bangunan besar saja bisa hancur oleh binatang kecil ini. Namun bukan hanya itu saja kekuatannya. Rayap ternyata juga memiliki kekuatan untuk membangun. Rayap sanggup membangun sarangnya lengkap dengan sistem Air Conditioning (pendingin ruangan) plus tata ruang yang apik dengan ketinggian bisa mencapai 9 meter. Ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa, sebab tubuh rayap sendiri hanya memiliki tinggi sekitar 3 mm saja. Kalau rayap sanggup membangun sarang dengan ketinggian 9 meter itu artinya rayap mampu membuat sesuatu yang besar sampai 3.000 kali lipat tinggi badannya.

Sementara manusia, dengan berbagai bahan-bahan dan peralatan yang canggih sekalipun, sampai sekarang belum mampu membangun bangunan dengan ketinggian sampai 1.000 kali tinggi badannya. Sampai saat ini bangunan tertinggi yang sudah dibuat manusia baru mencapai ketinggian sekitar 1.000 meter saja.

Bagaimana rayap bisa membangun tempat tinggalnya begitu tinggi? Setidaknya ada dua hikmah yang bisa kita dapatkan dari kehidupan rayap. Mereka bekerja sama dalam membangun sarangnya. Tubuh kecil dan lemah bisa diatasi dengan cara bekerja sama. Bekerja sama membuat mereka memilki kekuatan yang dahsyat baik dalam menghancurkan maupun dalam membangun.
Mereka bekerja dengan mengikuti insting, yang merupakan fitrah yang diberikan Allah kepada makhluk ini. Mereka tidak punya ilmu arsitektur,  mereka tidak memiliki ilmu dengan pengkondisian udara dan tata ruang, bahkan mereka tidak pernah kuliah tentang cara mengawetkan makanan. Mereka mampu karena mereka hidup dalam fitrahnya.

Manusia yang seharusnya memiliki kemampuan yang jauh lebih dahsyat bisa kehilangan kemampuan itu karena disebabkan oleh dua hal, yaitu: yang pertama, jika seseorang sudah tidak mau lagi bekerja sama dengan saudaranya. Kesombongan dan keangkuhan mereka menghalangi untuk bekerja sama sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal. "Saya bisa, saya hebat, saya mampu. Buat apa bekerja sama?". Orang-orang yang berkata seperti ini adalah mereka yang kehilangan banyak potensi keberhasilan dalam hidupnya.
Hikmah kedua, banyak manusia yang sudah melenceng jauh dari fitrahnya. Mereka hidup dengan cara mereka sendiri. Cara yang diproduksi oleh akalnya sendiri yang sungguh lemah dan banyak kekurangan. Padahal kita sudah punya cara hidup yang sangat sesuai dengan fitrah manusia, karena cara hidup ini dibuat oleh Pencipta kita. Cara hidup itu adalah Al Quran dan Hadits Nabi Saw.

Mudah-mudahan melalui gemblengan selama bulan ramadhan ini, kita semua kembali kepada fitrah kita. Menjadi manusia yang selalu butuh akan sesamanya serta memiliki jiwa sosial yang tinggi. Maka dengan demikian kita bisa mengembalikan potensi kita yang sebenarnya. Potensi untuk meraih sukses dunia maupun akhirat. Amin.

 [Dikutip dari berbagai sumber]
Read More...

Mesjid Yess, Gereja No Way

Cerita ini terjadi saat saya masih menjadi dosen di sebuah PTN di Kalimantan. Suatu hari sebuah perbincangan sambil menyelesaikan suatu urusan dengan staf administrasi di kampus menyerempet ke sebuah isu sensitif.
“Hampir saja kita kecolongan, Bang”, kata staf administrasi yang berjilbab itu mengadu, setelah sekian lama tak bertemu saya karena saya lama meninggalkan tanah air untuk tugas belajar.
“Ada apa?”, tanya saya.
“Iya, beberapa waktu lalu orang-orang Kristen berniat mendirikan gereja di kampus ini. Untung kita cepat tahu, lalu bergerak mencegahnya. Alhamdulillah kita berhasil.”
“Kenapa dicegah? Kenapa dihalangi?”
“Lho, kan…..”
“Mbak, saya ini hampir 8 tahun tinggal di Jepang. Selama itu saya jadi minoritas dalam hal agama. Coba Anda bayangkan bagaimana rasanya kalau niat saya hendak membangun mesjid atau beribadah selama saya berada di Jepang dihalangi orang.”
“Mbak mengkhawatirkan kristenisasi?” tanya saya. Ia mengangguk.
“Apa iya kalau berdiri gereja di kampus ini lantas orang berbondong-bondong masuk Kristen?”.
Ia lalu terdiam, dan percakapan kami berakhir.
+++

Pola fikir staf administrasi tadi sebenarnya pernah saya anut. Waktu itu saya masih kuliah di UGM dan aktif di organisasi dakwah kampus. Saat itu di UGM belum ada mesjid, dan kami sedang bersiap untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan mesjid. Mantan Rektor, alm. Koesnadi Hardjasoemantri menjadi ketua panitia.

Saat itu kami mendengar bahwa orang-orang Kristen akan mendirikan gereka di kampus. Lokasinya tak jauh dari lahan yang hendak digunakan untuk membangun mesjid. Kami langsung bereaksi. Rencana pembangunan gereja ini harus dihentikan!
Kami, beberapa aktivis Islam di kampus melakukan berbagai lobi. Yang terutama tentu kepada Rektor. Pergilah kami menghadap Rektor, menanyakan soal rencana itu, dan tentu saja (niatnya) menekan Rektor agar membatalkan atau mencegah rencana itu kalau benar adanya.
Sambil menunggu di ruang tamu kantor Rektor, kami berbincang dengan sekretaris Rektor. Topiknya tentu soal yang sama dengan yang hendak kami adukan ke Rektor. Lucunya, belakangan baru kami tahu bahwa sekretaris Rektor tadi adalah seorang penganut agama Kristen. Ampun, deh!
+++

Pola fikir saya berubah saat saya merasakan pengalaman menjadi minoritas. Yaitu saat saya kuliah di Jepang. Saya pernah tinggal di kota kecil di bagian selatan Jepang. Jumlah orang Islam di kota itu sangat sedikit. Tak lebih dari 50 orang. Hampir semua adalah mahasiswa asing.
Karena jumlah kami kecil, kami tak mampu untuk sekedar menyewa apartemen untuk digunakan sebagai mesjid, sebagaimana dilakukan oleh muslim di berbagai kota. Kami mengandalkan kebaikan hati satu dua profesor yang mau meminjamkan ruangan di kampus untuk dijadikan mushalla.
Suatu ketika kami tak lagi diperbolehkan memakai ruangan itu. Alasan pihak kampus, ruangan itu akan dipakai untuk keperluan akademik. Lagipula Jepang adalah negara sekuler, urusan peribadatan warga tidak boleh melibatkan fasilitas milik pemerintah. Saat itu kami benar-benar kesulitan. Kami harus salat Jumat berpindah-pindah tempat. Untunglah akhirnya ada profesor yang mau membantu mencarikan ruangan untuk dijadikan mushalla.

Di kota lain di mana saya pernah tinggal juga, kami menyewa dua ruangan apartemen untuk dijadikan mushalla. Di situlah kami melaksanakan shalat Jumat serta pengajian. Bagian lain dari apartemen ini adalah tempat tinggal yang disewa oleh orang lain, orang Jepang. Kami harus berhati-hati agar aktivitas kami tidak mengganggu kenyamanan mereka.
Kami mengumpulkan dana untuk pembangunan mesjid. Belasan tahun diperlukan hingga akhirnya dana itu terkumpul. Baru 3 tahun yang lalu kota tempat saya tinggal itu memiliki mesjid. Untungnya pemerintah Jepang yang sekuler itu tidak menghalangi. Selama syarat-syarat mendirikan bangunan dipatuhi tidak ada masalah.
Semua kejadian yang saya alami di Jepang itu mengingatkan saya pada nasib minoritas, khususnya orang Kristen di Indonesia. Mereka sering kesulitan mendirikan gereja. Beribadah di ruko atau di rumah milik sendiri pun sering diganggu. Kami, muslim yang minoritas di Jepang, untungnya tidak mengalami hal itu. Alangkah indahnya kalau minoritas di negeri muslim juga tidak mengalami hal itu.
+++

Kembali ke cerita di kampus tempat saya kerja tadi. Di kampus ini ada mesjid yang cukup besar. Dulu dibangun oleh Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila. Lalu, di setiap fakultas didirikan mushalla yang juga tak kecil. Tapi itu pun ternyata tak cukup. Di banyak bangunan di fakultas masih saja ada ruangan yang difungsikan sebagai mushalla. Bagi mereka yang malas untuk ke mushalla fakultas, bisa shalat di mushalla kecil ini. Yang sedikit rajin berjamaah di mushalla fakultas. Yang lebih rajin, ke mesjid.
Melihat ini semua saya merasa sesak. Keterlaluan benar orang muslim ini.
Jaman Rasulullah masih hidup, di Madinah hanya ada satu mesjid. Apa umat Islam ketika itu tidak mampu membangun lebih dari satu? Rasanya tak mungkin. Orang-orang ketika itu rela menyumbangkan apa saja untuk Islam. Mesjid hanya satu dengan tujuan persatuan. Di situlah semua orang berjamaah, bersilaturrahmi. Di satu tempat.

Kota Madinah ketika itu memang kota kecil. Saya tentu tak berharap kota sebesar Jakarta hanya punya satu mesjid. Itu tak masuk akal. Tapi saya yakin kota Madinah di jaman itu lebih besar dari area kampus saya. Kalau Madinah cukup dengan satu mesjid, kenapa kampus tidak? Kenapa kampus masih perlu ditambah dengan beberapa mushalla, plus puluhan ruangan untuk pengganti mushalla?
Dalam situasi yang sudah berlebih itu, orang Islam masih ribut ketika orang Kristen hendak mendirikan satu gereja. Hanya satu gereja saja.
Adilkah kita ini? Tidakkah kita ini berlebihan? Seingat saya tidak adil dan berlebihan adalah dua sifat yang dibenci Allah.

sumber: http://berbual.com
Read More...

Marhaban Yaa Ramadhan

Syukur alhamdulillah kepada Allah marilah kita panjatkan, atas segala nikmat dan karunia-Nya yang berlimpah ruah dan dari pada itu kita masih dipertemukan oleh-Nya  dengan bulan yang agung, yakni bulan Ramadhan. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik (nilainya) dari seribu bulan.
Bulan yang dimana apabila seseorang melakukan amalan sunnah maka Allah akan membalasnya dengan pahala fardhu. Begitu juga bagi yang melakukan amalan fardhu pada bulan ini, maka dia akan dibalas dengan pahala tujuh kali lipat amalan fardhu pada bulan yang lain.
Inilah bulan yang pada sepuluh hari pertamanya Allah akan menurunkan rahmat, pada sepuluh hari pertengahannya Allah akan memberikan pengampunan dan sepuluh hari terakhirnya Allah membebaskan hamba-Nya dari siksaan api neraka. Masih banyak lagi fadhilah dan keutamaan-keutamaan, yang kalau seorang hamba tahu akan itu semua, niscaya dia akan mengharapkan seluruh bulan yang ada menjadi seperti bulan Ramadhan.
Ramadhan ialah bulan simpati atau kasih sayang karena dengan kita berpuasa kita akan merasakan suatu perasaan yang selalu dirasakan oleh sebagian saudara-saudara yang berada dalam kesusahan. Dengan puasa kita akan sadar serta akan tumbuh dari diri kita rasa kasih sayang kepada sesama serta perasaan saling tolong-menolong dan bantu membantu.
Pada buian ini kita isi hari-hari de-ngan beribadah kepada Allah, mulai dari bangun sahur dan dilanjutkan  dengan shalat subuh. Pada sore harinya ketika datang maghrib kita berbuka, saat itulah kita akan merasakan ketenangan dan kenikmatan yang Allah berikan. Di malam harinya kita melaksanakan shalat tarawih, lalu dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an dan
amalan-amalan lainnya. Sungguh indah kesejukan dan kedamaian yang selalu menyelimuti kita.
Fenomena yang terjadi pada kebanyakan orang saat ini adalah banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mengerti makna dan hakekat dari puasa itu sendiri. Dia berpuasa, tetapi masih mengerjakan perbuatan yang tidak terpuji seperti berbohong, ghibah, menyakiti orang lain dan sebagainya. Padahal semua itu dapat mengurangi pahala bahkan membatalkan puasa.
Di lain pihak, banyak juga orang-orang yang masih berlebih-lebihan, khususnya pada saat sahur dan berbuka. Di waktu sahur dia makan seba-nyak-banyaknya dengan harapan agar tidak merasa lapar pada siang harinya. Begitu juga ketika berbuka, dia melahap semua jenis makanan yang ada. Fenomena ini disebut fenomena “balas dendam”, yakni hanya memindahkan jam makan dari siang hari ke malam hari. Semoga kita tidak termasuk orang yang berlaku demikian.
Setelah sebulan penuh kita berpuasa, datanglah hari raya. Hari penuh kemenangan, yaitu hari Iedul Fitri. Pada hari ini seluruh umat Islam bergembira, karena mereka telah menghabiskan seluruh waktunya ketika di bulan Ramadhan untuk beribadah kepada Allah. Kegembiraan juga bagi orang-orang yang keimanan dan ketakwaannya semakin bertambah sehingga mendapat gelar “muttaqien”.
Tetapi, telah terjadi distorsi di kalangan sebagian umat. Mereka bergembira di hari lebaran hanya dikarenakan pada hari itu mereka memakai baju yang baru, berlimpahnya makanan dan kue-kue yang dihidangkan, serta masih banyak lagi alasan lain yang membuat mereka bergembira.
Mereka tidak sadar bahwa mereka telah keluar dari makna Idul Fitri itu sendiri. Idul Fitri bukanlah untuk mereka yang punya banyak makanan, bukan juga hanya bagi mereka yang berbaju baru. Tetapi hari raya Idul Fitri ialah untuk orang-orang yang bertambah keimanannya. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang kembali ke kesucian dan mendapatkan kemenangan dari Allah SWT. Amin.
[dikutip dari berbagai sumber]
Read More...

USAID Hibahkan US $ 1,38 Juta untuk RI

United States Agency for International Development (USAID) memberikan hibah kepada pemerintah Indonesia sebesar 1,38 juta USD. Hibah itu bertujuan untuk peningkatan di tingkat sekolah dasar atau Decentralized Basic Education (DBE 2) sampai Pembelajaran Aktif untuk Perguruan Tinggi atau Active Learning for Higher Education (ALFHE).
”DBE 2-USAID dan ALFHE bertujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dasar hingga perguruan tinggi di Indonesia, melalui pelatihan guru dan peningkatan lingkungan belajar di sekolah,” ujar Chief of Party DBE 2 Michael Calvano usai acara pembukaan Seminar Nasional Pembelajaran Aktif untuk Perguruan Tinggi atau Active Learning for Higher Education, di kantor Kementerian Pendidikan Nasional, Senin (5/7).
Melalui program pelatihan untuk dosen dan guru itu, USAID telah mengembangkan sistem pemantauan dan evaluasi untuk mengumpulkan dan melaporkan data dengan berbagai indikator untuk menelusuri masukan, kegiatan, produk, dan pencapaian proyek. Pada tahun 2009, dari 7 provinsi dan dari dua peserta proyek, sekolah yang mengikuti pelatihan ada 1.075 sekolah dan kepala sekolah, 14.484 guru, dan 231.123 siswa.
Evaluasi USAID itu meliputi peningkatan belajar siswa atau mahasiswa, kinerja guru, kinerja kepala sekolah, lingkungan belajar, dan persepsi atau kepuasan pemangku kepentingan. “Dari waktu ke waktu evaluasi ini tidak hanya menggambarkan kemajuan sekolah binaan, tapi juga memberikan gambaran tentang pendidikan di Indonesia secara keseluruhan,” ucap Calvano.
Dari hasil evaluasi USAID, setelah adanya pelatihan guru di sekolah dasar, persentase semua siswa kelas 3 dan 6 yang mencapai kompetisi bidang studi dinilai mencapai atau melebihi standar minimal bidang studi Bahasa Indonesia dan IPA di akhir tahun ajaran. Peningkatan nilai untuk mata pelajaran IPA baik kelas 3 dan 6 SD mencapai 86 persen. Peningkatan pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 3 SD mencapai 95 persen, sementara untuk kelas 6 mencapai 79 persen.
“Namun, hasil evaluasi hasil belajar Matematika rendah, siswa yang nilainya melebihi kompetensi jauh sekali persentasenya, di bawah 8 persen,” ucap Calvano.
Untuk hasil kinerja guru, USAID menilai persentase guru di bawah binaan USAID yang memenuhi standar kompetensi dinilai masih tetap tinggi, sebanyak 84 persen guru sudah memenuhi kompetensi.
Pada 2008/2009, sebanyak 67 guru di kelas binaan USAID sudah mulai menunjukkan salinan rencana pembelajaran mereka dibanding guru yang tidak termasuk binaan yang hanya 7 persen. “Karena mereka juga sudah menerapkan metode belajar interaktif,” cetus Calvano.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Djoko Santoso mengatakan, pembelajaran aktif atau sering disebut student center learning adalah metode untuk meningkatkan proses pembelajaran. “Bagaimana membuat proses pembelajaran itu lebih berpusat kepada mahasiswa yang aktif,” jelasnya. [source: republika.co.id]
Read More...

Chavez: Israel-AS Musuh Kita Bersama

VIVAnews – Presiden Venezuela, Hugo Chavez mengumumkan Israel sebagai pemerintahan ‘genosida’ Minggu kemarin, saat menjamu Presiden Syiria, Bashar Assad — dalam kunjungan pertamanya di negara Amerika Latin.
Pernyataan Chavez menyusul keputusannya mendekat ke Syiria dan Iran dan memutuskan hubungan dengan Israel tahun lalu, memprotes pendudukan Israel atas Jalur Gaza.
“Kita punya musuh bersama,” kata Chavez, lalu mendeskripsikan ‘musuh bersama’ itu sebagai ‘kekaisaran Yankee [Amerika Serikat]‘, dan negara genosida, Israel.
Selama pertemuannya dengan pimpinan Syiria, Chavez mengutarakan kalimat-kalimat kerasnya pada Israel. Kata dia, dataran tinggi Golan — dulunya wilayah Syiria yang dicaplok Israel pada perang 1967 — suatu hari nanti harus kembali ke Syiria.
“Suatu hari, pemerintahan genosida, Israel akan ditempatkan semestinya, mudah-mudahan sebuah demokratis yang sesungguhnya akan lahir,” kata dia, Sabtu lalu.
“Tapi saat ini, itu [Israel] tengah menjadi tangan algojo bagi kekhaisaran AS, siapa yang bisa menyangkalnya, bahwa itu akan mengancam kita semua.”
Sementara, Bashar Assad sepakat dengan Chavez dan menyebut Israel sebagai negara yang ‘berdiri di atas dasar kriminal, dan kematian manusia’. “Israel adalah negara yang tak punya batas.”
Assad memuji Chaves atas keberaniannya berdiri tegak menentang AS dan mendukung berdirinya negara Palestina.
Setelah Venezuela, Assad berencana mengunjungi sejumlah negara yakni Kuba, Brazil, dan Argentina. []
Read More...

Pangeran Charles: Prinsip Spiritual Islam Selamatkan Dunia

Putera Mahkota Kerajaan Inggris Pangeran Charles mengakui, mengikuti prinsip-prinsip spiritual Islam akan dapat menyelamatkan dunia, demikian dilaporkan harian terkemuka Inggris Daily Mail, Kamis. Pangeran Charles mengemuakakan hal itu dalam pidatonya yang bertema “Islam and the Environment” di gedung Sheldonian Teater, Universitas Oxford, Oxford, Inggris.
Dalam ceramahnya selama satu jam di hadapan para sarjana studi Islam di Oxford, Pangeran Charles berargumen bahwa kehancuran manusia dunia terutama bertentangan dengan Islam. Untuk itu ia mendesak dunia untuk mengikuti prinsip-prinsip spiritual Islam untuk melindungi lingkungan. Menurut ayah Pangeran William dan Harry, arus `pembagian` antara manusia dan alam ini disebabkan bukan hanya oleh industrialisasi tetapi juga oleh sikap kita terhadap lingkungan –yang bertentangan dengan butir-butir “tradisi suci”.
Pangeran yang menganut agama Kristen itu yang akan menjadi kepala Gereja Inggris bila naik tahta menjadi Raja Inggris berbicara secara mendalam mengenai Al Quran yang dipelajarinya sendiri. Charles mengatakan bahwa “tidak ada pemisahan antara manusia dan alam” dan mengatakan “kita harus selalu hidup dalam lingkungan yang terbatas”. Ia berbicara kepada para sarjana di Pusat Studi Islam Oxford dalam rangka dan mencoba untuk mendorong pemahaman yang lebih baik dari budaya dan peradaban agama.
Dalam pidato yang menandai ulang tahun ke-25 Pusat Studi Islam Oxford, tempat ia menjadi pelindungnya, Charles mengajak untuk memahami agama dengan mata pelajaran favorit lain seperti lingkungan. “Islam selalu mengajarkan keseimbangan dan bila kita mengabaikannya sangat bertentangan dengan penciptaan,” demikian Pangeran Charles. (sumber: antaranews.com)
Read More...

Cara Benar Memandang Kopi

Berbicara mengenai kopi, banyak orang yang masih memandang dan mencapnya sebagai “biang penyakit”. Kopi, asalkan dikonsumsi secara bijak, sebenarnya justru bermanfaat bagi kesehatan. Sayang, label “pengganggu” kesehatan terlanjur melekat. Tulisan berikut ini mengupas beberapa mitos yang kerap kita dengar di masyarakat pada umumnya. Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi, MS., Guru Besar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) akan menjelaskannya.
Mitos 1: Minum Kopi Akan Membuat Ketagihan
Fakta: Kebiasaan minum kopi acap kali dituduh memunculkan efek “kecanduan” baik secara psikologis maupun fisiologis. Tapi menurut WHO (World Health Organization) sejauh ini belum ada penelitian ilmiah yang dapat membuktikan kafein bisa menimbulkan ketagihan serius seperti halnya penyalahgunaan narkoba.
Mitos 2: Minum Kopi Membuat Keropos Tulang
Fakta: Disimpulkan oleh Komisi Penasehat NIH (National Institute of Health) USA pada 1994, kafein tidak mempengaruhi penyerapan maupun ekskresi kalsium. Bahkan, hingga sekarang ini telah banyak penelitian dilakukan dan belum ada yang bisa menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi kafein dalam jumlah tertentu secara rutin dengan kandungan mineral tulang. Tidak benar pula mitos yang mengatakan bahwa kandungan kalsium pada susu akan hilang saat kopi dicampur dengan susu. Selama Anda mengkomsumsi kafein secara moderat sebanyak 3 cangkir sehari, tidak akan mempengaruhi densitas (kekuatan) dan kandungan mineral tulang. Dengan demikian Anda tidak akan terseran osteoporosis.
Mitos 3: Minum Kopi Dapat Memicu Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi
Fakta: Kafein yang tidak berlebihan (batas konsumsi per hari 400 mg) tidak akan menyebabkan hipertensi kronis. Tapi pada individu yang sensitif terhadap kafein, menikmati secangkir kopi dapat memungkinkan terjadinya peningkatan tekanan darah untuk beberapa saat.
Mitos 4: Minum Kopi Sebabkan Jantung Koroner
Fakta: National Research Council USA menyebutkan bahwa bukti yang menghubungkan konsumsi kopi dengan resiko timbulnya penyakit jantung koroner ternyata lemah dan tidak konsisten.
Mitos 5: Minum Kopi Memicu Kegemukan
Fakta: Tidak ada hubungan antara kopi dengan penambahan berat badan seseorang. Yang membuat berat badan naik adalah kandungan gula dalam kopi tersebut. Selain itu gaya hidup yang tidak sehat lainnya juga akan memicu terjadinya kegemukan. Oleh sebab itu, konsumsilah kopi dengan gula secukupnya dan hiduplah dengan pola hidup yang sehat.
Mitos 6: Sering Minum Kopi Membuat Kafein Tidak Bekerja Maksimal Lagi
Fakta: Kafein memberikan pengaruh berbeda pada setiap individunya. Berikut rinciannya:

  • Pada orang dewasa, kafein akan bertahan dalam tubuh selama tiga sampai lima jam.
  • Pada perokok, kafein hanya bertahan dua hingga tiga jam.
  • Pada ibu hamil, kafein bertahan dalam tubuh selama kurang lebih tujuh sampai delapan jam. Ibu hamil sebaiknya membatasi mengkonsumsi kopi karena dapat mengganggu jadwal istirahat ibu hamil tersebut dan juga memungkinkan dapat mengganggu pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya.
  • Pada bayi di bawah enam bulan, kafein akan bertahan selam 24 jam. Nah, pada usia ini hendaknya bayi dihindarkan dari kopi agar bayi memiliki waktu istirahat yang panjang, karena bayi pada usia ini sedang mengalami masa pertumbuhan.

Mitos 7: Kopi Tidak Ada Nutrisinya
Fakta: Dalam secangkir kopi (237 gr) terdapat kandungan air (235 gr), energi (2 Kkal), zat besi (0,02 mg), magnesium (7 mg), fosfor (7 mg), kalium (116 mg), fluoride (215 mg), dan kafein (95 mg). Bahkan kopi juga terbukti mengandung asam fenolat (klorogenat dan kafeat) yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menghilangkan pengaruh negative radikal bebas. Anda tahu kan, jika tidak dicegah radikal bebas bias menyebabkan penyakit degeneratif. Di Jepang, kopi digunakan sebagai sumber utama radikal bebas. 
[sumber: majalah dokterkita, wikipedia]
Read More...

Profesor di Depan Kelas

Profesor di depan kelas filsafat dengan beberapa barang di mejanya. Saat mulai, dia mengambil toples kosong mayones besar dan mengisi dengan bola-bola golf. Kemudian dia berkata pada muridnya, “apakah toples itu sudah penuh?”. Mereka setuju. Profesor mengambil sekotak batu koral dan menuangnya ke dalam toples. Dia menggoyang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf. Profesor bertanya lagi, “Apakah toples itu sudah penuh?”. Murid-muridnya setuju.
Selanjutnya Profesor mengambil sekotak pasir dan menebarkan ke dalam toples… Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya, “Apakah toples itu sudah penuh..?” Para murid dengan suara bulat berkata, “Ya”. Sang Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dan menuangkan isinya ke dalam toples dan mengisi ruangan kosong di antara pasir.
“Sekarang…,” kata profesor, “Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting: Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat. Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, hidupmu masih tetap penuh. Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil. Pasir adalah hal-hal yang lainnya — hal-hal yang sepele.”
“Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples,” lanjut Profesor, “Maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk bola-bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu. Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian.”
“Jadi…” Profesor menghela nafas, “Beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu. Bermainlah dengan anak-anakmu. Luangkan waktu untuk check up kesehatan. Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam. Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki perabotan. Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola golf. Hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasirnya.”
Salah satu murid bertanya, “Lalu bagaimana dengan kopi? Dia mewakili apa?”
Sang Profesor tersenyum, “Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah penuh, tetap selalu ada tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat…”~o) (
Read More...

Leadership Dalam Sudut Pandang Islam

Dalam Islam istilah leadership atau kepemimpinan dikenal dengan sebutan khalifah, imamah dan ulil amri. Selain itu ada juga kata ra'in. Kata khalifah sendiri mengandung makna ganda. Di satu sisi, khalifah dapat diartikan sebagai kepala negara dalam pemerintahan atau kerajaan Islam di masa lalu. Dalam konteks kerajaan pengertiannya kurang lebih sama dengan kata sulthan.
Di lain pihak, khalifah juga cukup dikenal sebagai "wakil Tuhan" di muka bumi. Pengertian wakil Tuhan itu bisa dua macam. Pertama, yang diwujudkan dalam wujud sulthan atau kepala negara. Kedua, fungsi manusia itu sendiri di muka bumi ini sebagai ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Sebagaimana telah Allah jelaskan dalam Al Qur'an surat At Tiin ayat 4. Laqad khalaq nal insaana fii ahsani taqwiim. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
Selain itu dikenal pula istilah khalifatur rasul atau khalifatun nubuwwah, yaitu pengganti nabi sebagai pembawa risalah atau syari'at memberantas kezaliman dan menegakkan kebenaran dan keadilan. Sayyid Ridho dalam kitabnya Al Manar memberikan batasan tentang khalifah sebagai sosok manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran serta ilmu pengetahuan yang tidak dimiliki makhluk lain.
Imamah atau lebih dikenal dengan istilah Imam sering digunakan secara lebih spesifik untuk menyebut pemuka agama, pemimpin keagamaan atau tokoh spiritual yang diikuti dan diteladani fatwa atau nasehat-nasehatnya oleh para pengikutnya. Dalam beberapa hadits Nabi Muhammad Saw, Imam sering diartikan sebagai pemimpin, penguasa atau amir yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur orang-orang atau masyarakat.
Ulil amri dalam tafsir Al Maraghi diartikan sebagai pemerintah, umaro, cendekiawan, pemimpin militer atau tokoh-tokoh masyarakat yang menjadi tumpuan bagi ummat, menerima amanat dan kepercayaan dari anggota masyarakat (Mudjiono, 2004). Beberapa ulama lain berpendapat bahwa ulil amri adalah orang-orang cerdik pandai yang dikenal ummat yang ahli dalam berbagai bidang serta peka terhadap kepentingan ummat.
Sedangkan kata ra'in berarti penggembala, mengelola atau memimpin. Dalam salah satu hadits dikatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan dia akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya itu. Selain kata-kata di atas ada lagi istilah-istilah lain yang berkaitan dengan kepemimpinan Islam, seperti wali atau rais yang mempunyai pengertian hampir sama dengan sedikit perbedaan serta spesifikasi.
Perbedaan pengertian kepemimpinan dalam Islam dengan yang dikemukakan oleh para ahli teori leadership barat adalah pada tataran bahwa manusia menjalankan fungsi-fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Di samping itu juga landasan dalam menjalankan kepemimpinannya adalah berdasarkan pada tuntunan Al Qur'an dan Hadits. []
Read More...
 
Copyright (c) 2010 Blogger templates by VLC Player