Penelusuran Manuskrip Tentang Pesantren dan Islam Nusantara

Posted on
  • Wednesday, October 23, 2013
  • by
  • abiraghib
  • in
  • Labels: , , , , ,
  • Manuskrip adalah naskah kuno tulisan tangan karya orang terdahulu yang menjadi kajian filologi. Pengertian manuskrip saat ini perlahan meluas menjadi segala bentuk naskah tertulis yang biasanya telah berusia ratusan tahun lalu yang dibuat manusia baik terkait ilmu pengetahuan, kesusasteraan, undang-undang, ketatanegaraan dan lain sebagainya.  Berbagai manuskrip ini masih tersimpan rapi di beberapa museum dan perpustakaan, walaupun ada juga beberapa manuskrip ditemukan di beberapa daerah dalam kondisi tidak terawat atau rusak.
    Penelusuran manuskrip ini merupakan tugas dari mata kuliah Pesantren Studies dengan dosen pengampu Ahmad Baso. Sebelum mengikuti perkuliahan ini saya belum begitu memahami apa yang dimaksud dengan manuskrip yang sesungguhnya. Namun dengan bekal pengetahuan yang minim saya mencoba untuk melakukan penelusuran manuskrip tentang pesantren dan Islam Nusantara ini ke Perpustakaan Nasional yang beralamat di Jalan Salemba Raya Jakarta Pusat. Kunjungan ke gedung Perpustakaan Nasional ini merupakan kunjungan pertama bagi saya, sehingga ada hikmah positif yang dapat dipetik dari perjalanan ini, yaitu apabila tidak ada tugas dari Pak Ahmad Baso maka saya mungkin tidak pernah datang ke Perpustakaan Nasional.
    Di lobbi perpustakaan tersebut petugas keamanan memberi tahu saya agar mendaftarkan diri terlebih dahulu untuk menjadi anggota, karena jika tidak maka saya tidak mendapatkan izin akses masuk ke dalam walaupun hanya sekedar untuk membaca atau melihat-lihat. Untuk itu pertama-tama saya harus mengantri untuk membuat kartu anggota, sebagai informasi saja bahwa pembuatan kartu anggota perpustakaan nasional tidak dipungut biaya alias gratis.
    Sesudah membuat kartu anggota barulah saya diizinkan masuk dan langsung naik ke lantai 2 dimana saya mencari terlebih dulu katalog buku atau koleksi manuskrip yang saya cari. Setelah membuka-buka katalog dan mendapat bantuan informasi dari petugas kemudian saya menuju ke lantai 5, tempat menyimpan koleksi ratusan bahkan mungkin ribuan manuskrip Nusantara. Di sana saya menyerahkan nomor kode atau katalog manuskrip kepada petugas ruangan manuskrip yang kemudian membantu mencarikan naskah yang saya cari.
    Ternyata tidak semua naskah manuskrip yang ada dalam katalog dapat dipinjamkan kepada pengunjung dengan alasan kondisi naskah yang sudah rusak parah karena dimakan usia ataupun sedang dalam perbaikan (restorasi). Sehingga saya sarankan kepada sahabat-sahabat yang akan berkunjung ke sana untuk melakukan penelusuran manuskrip agar mempunyai katalog cadangan naskah lainnya selain dari katalog yang kita inginkan. Sebagaimana yang dialami oleh saya, pada mulanya dengan percaya diri saya hanya mengajukan satu katalog naskah yang dianggap paling sesuai dengan kebutuhan tugas mata kuliah Pesantren Studies ini, namun ternyata naskah yang diminta tidak dapat dipenuhi oleh petugas dengan alasan di atas. Kejadian ini terus berulang sampai saya mengajukan katalog naskah ke empat dengan kode bertuliskan BR196 – Do’a Chatam Koer’an yang akhirnya saya dapat.
    Dengan kemampuan yang dimiliki ala kadarnya saya pun mencoba untuk melakukan pengkajian terhadap isi naskah tersebut. Dari beberapa lembar halaman naskah yang saya –dibantu beberapa teman– kaji, sebagian besar naskah masih dapat terbaca dan dimengerti dengan baik. Ada sebagian kata-kata yang kami temukan kurang dapat dimengerti karena sebagian tintanya sudah pudar dimakan usia, selain juga ada beberapa kata yang sudah tidak popular lagi digunakan pada masa kini.
    Permasalahan ini tentu sering saya temukan mengingat naskah manuskrip yang saya kaji sudah berusia sekitar 243 tahun. Hal ini dapat diketahui dari lembar halaman paling akhir naskah tersebut, dimana penulisnya mencantumkan tanggal bulan dan tahun dibuatnya tulisan itu yakni pada bulan April 1772 M. Dari beberapa teks yang mampu kami baca dapat disimpulkan isi naskah tidak terlalu sesuai dengan judul yang tertulis dalam katalog. Ternyata isinya hampir sama atau lebih mirip dengan apa yang kita sebut sekarang ini sebagai do’a tahlil dalam rangka mendoakan orang yang sudah mati. Sebagaimana dalam halaman pertama naskah disebutkan:
    “Bismillahirrohmanirrohim.

    Bab bermula, ketahui olehmu hai tholib bahwa inilah do’a hatimil qur’an orang mati, maka membaca inilah. Pertama-pertama membaca bismillahir rohmanirrohim, Qul huwa Allahu ahad sampai kepada akhirnya tiga kali, maka pada akhirnya Laa ilaa ha illa Allah Allahu akbar sekali, maka membaca pula bismillahir rohmanirrohim Qul a’udzu bi robbil falaq sampai kepada akhirnya, Laa ilaa ha illa Allah Allahu akbar. Kemudian membaca Qul a’udzu bi robbinnaas hingga akhirnya…”


    0 comments:

    Post a Comment

     
    Copyright (c) 2010 Blogger templates by VLC Player