Seekor Sapi Untuk Delapan Orang

Selamat Idul Adha
More Graphics

Meski sama-sama pemegang fiqih yang ketat, Kiai Wahid dan Kiai Rais berbeda dalam strategi penerapannya. Kiai Wahid cenderung bergaris lunak, sementara Kiai Rais bergaris keras. Suatu hari menjelang Idul Adha seseorang datang menghadap Kiai Rais. Dia bermaksud melaksanakan kurban dengan menyembelih seekor sapi. Namun sebelumnya dia berkonsultasi terlebih dulu dengan Kiai Rais. Apakah boleh berkurban seekor sapi untuk delapan orang? Dalam ketentuan fiqih, satu ekor sapi untuk tujuh orang. Padahal jumlah anggota keluarganya ada delapan. Dia ingin di akhirat nanti satu keluarga itu bisa satu kendaraan agar tidak berpencar.

Mendengar pertanyaan tersebut Kiai Rais menjawab, “Tidak bisa”. Kurban sapi, kerbau atau unta hanya berlaku untuk tujuh orang. Kemudian orang itu menawar kepada Kiai Rais, “Pak Kiai, apakah tidak ada keringanan? Anak saya yang bungsu baru berumur tiga bulan”. Dengan menjelaskan dasar hukumnya, Kiai Rais tetap menjawab tidak bisa.

Merasa tidak puas, orang itu mengadukan persoalannya kepada Kiai Wahid. Mendengar persoalan yang diadukan oleh orang itu Kiai Wahid dengan enteng menjawab, “Bisa... Sapi itu bisa digunakan untuk delapan orang. Cuma karena anakmu yang terakhir itu masih kecil, maka perlu ada tambahan.”

Mendapat jawaban dari Kiai Wahid orang itu tampak gembira, lalu bertanya, “Tambahannya apa, Pak Kiai?”
“Agar anakmu yang masih kecil itu bisa naik ke punggung sapi, maka harus pakai tangga. Sampeyan sediakan saja seekor kambing supaya anak sampeyan bisa naik ke punggung sapi”, jawab Kiai Wahid.
“Ah,,, kalau Cuma seekor kambing sih  saya sanggup menambah. Dua ekor pun sanggup asalkan kami bisa bersama-sama di surga nanti, Pak Kiai”. Akhirnya pada hari pelaksanaan kurban, orang tersebut menyerahkan seekor sapi dan seekor kambing kepada Kiai Wahid sebagai kurban untuk keluarganya yang berjumlah delapan orang.[]
 
Read More...
 
Copyright (c) 2010 Blogger templates by VLC Player